menilaipenampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu2. Seiring dengan meningkatnya jumlah penderita Diabetes Mellitus (DM) di Indonesia maka semakin banyak pula permintaan pemeriksaan glukosa darah di laboratorium klinik. Pemeriksaan glukosa darah merupakan parameter yang digunakan
bersangkutanuntuk memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan kegiatan pemantapan hasil pemeriksaan suatu laboratorium kesehatan diperiksa ulang oleh laboratorium rujukan, dan sampel yang ada telah diuji ulang antar laboratorium. Metode ini digunakan untuk rapid tes HIV. Pemeriksaan
Pemeriksaansediaan darah tebal dilakukan sebanyak 6 kali pada hari ke-0, 3, 7, 14, 21 dan 28 untuk mengevaluasi kepadatan plasmodium, pemeriksaan kadar SGOT, SGPT, ureum dan kreatinin sebelum dan
Dalammenentukan suatu penyakit atau diagnosis, membantu menegakkan diagnosis, mengendalikan penyakit, memonitoring pengobatan dan mengikuti jalannya suatu penyakit, di perlukan pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan specimen yang diambil langsung dari pasien. Pemeriksaan Bakteriologi merupakan kemudian diuji dengan uji t-studen dan
Pemeriksaanbilirubin total merupakan pemeriksaan penunjang yang penting dalam membantu diagnosis suatu penyakit. Pemeriksaan bilirubin total di Rumah Sakit Umum biasanya menggunakan sampel serum dan diperiksa segera setelah pengambilan darah, tetapi pemeriksaan kadang kala tidak dapat dilakukan karena ada kerusakan alat atau jumlah sampel yang banyak maka dilakukan penyimpanan sampel.
Suatualat penukar panas yang telah dirancang perlu diuji kelayakannya untuk mengetahui kinerja alat tersebut dalam melakukan proses perpindahan panas. Menurut Kern (1965), untuk menentukan kelayakan suatu alat penukar panas ( heat axchanger ) dapat dilakukan melalui 2 macam besaran yang perlu ditentukan yaitu :
. Mahasiswa/Alumni Universitas Negeri Semarang02 Maret 2022 0519Halo Channa, kakak bantu jawab ya Pasien mungkin mengalami penyakit Glomerulonefritis, dimana bagian yang mungkin mengalami kerusakan pada ginjal penderita adalah bagian glomerulus dan tubulus kontortus proksimal. Simak urairan berikut ini yaa Uji Benedict adalah suatu uji untuk mengetahui apakah sampel mengandung gula pereduksi, seperti monosakarida, laktosa, dan maltosa. Hasil positif pada uji Benedict akan menghasilkan warna endapan merah bata. Sementara itu, uji Biuret suatu uji untuk mengetahui apakah sampel mengandung protein. Hasil positif pada uji Biuret akan menghasilkan perubahan warna menjadi warna ungu. Apabila urin penderita menghasilkan hasil positif ketika diuji Benedict dan Biuret, artinya urin penderita mengandung gula dan protein. Hal ini menandakan adanya kerusakan pada bagian ginjal, sehingga gula dan protein dapat lolos dan tidak tersaring dalam ginjal. Proses penyaringan protein terjadi saat tahapan filtrasi yang terjadi di glomerulus. Sedangkan proses penyaringan gula terjadi saat proses reabsorpsi yang terjadi di tubulus kontortus proksimal. Dengan demikian, pasien mungkin mengalami penyakit Glomerulonefritis, dimana bagian yang mungkin mengalami kerusakan pada ginjal penderita adalah bagian glomerulus dan tubulus kontortus proksimal. Semoga membantu ya!
Pelajaran IPA BiologiKelas 8Kategori Uji Zat MakananKata Kunci Benedict, BiuretJawaban singkatUrine tersebut mengandung glukosa, bagian yang terganggu adalah tubulus kontortus proksimal, penyakit diabetes mellitus. Urine juga mengandung protein, bagian yang terganggu adalah glomerulus, kelainan disebut proteinuria/ panjangHasil PengujianIndikator Benedict digunakan untuk menguji adanya gula sederhana atau monosakarida seperti glukosa. Jika positif mengandung monosakarida tersebut, maka larutan akan berubah menjadi merah bata. Setelah pengujian urine, ternyata hasil menunjukkan warna merah bata, artinya urine mengandung Biuret digunakan untuk menguji adanya protein. Jika positif mengandung protein, larutan berubahwarna menjadi ungu. Pada pengujian urine, ternyata hasil menunjukkan warna ungu, artinya urine mengandung pada ginjalUrine pada umumnya tidak mengandung glukosa. Urine mengandung glukosa, kemungkinan terjadi gangguan pada tubulus kontortus proksimal dalam hal reabsorpsi glukosa. Urine bisa juga mengandung glukosa akibat glukosa dalam darah sudah terlalu tinggi sehingga glukosa dalam tubulus tidak direabsorpsi pada penderita diabetes mellitus.Urine juga pada umumnya tidak mengandung protein. Bila urine mengandung protein, bagian yang mengalami kerusakan adalah glomerulus. Protein tidak seharusnya lolos saat tahap filtrasi di glomerulus. Namun karena ada kelainan di bagian tersebut, protein menjadi lolos. Kelainan ini disebut proteinuria/albuminuria.
JawabanPasien menderita albuminaria di dalam urin terdapat protein kerusakan pada glumerolus dan menderita diabetes melitus di dalam urin terdapat glukosa kerusakan pada tubulus proksimal. Tubulus proksimal merupakan bagian dari ginjal yang berfungsi dalam tahap reabsorbsi/penyerapan kembali. Artinya jika terjadi kerusakan pada organ ini akan menyebabkan gangguan-gangguan misalnya ditemukan adanya glukosa pada organ ini, karena tubulus proksimal tidak mampu mereabsorbsi urine primer, sehingga dalam urine masih mengandung pembentukan urine terjadi melalui serangkaian proses yang terjadi di ginjal. diawali dengan filtrasi penyaringan zat zat beracun. Dan augmentasi penambahan zat sisa yang tidak di perlukan tubuh. adanya kandungan zat zat yang tidak semestinya pada urine dapat mengindikasikan adanya masalah dalam ginjalPenjelasanjawabannya ada dua, karena pertanyaan kurang jelas
Mahasiswa/Alumni Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA24 Januari 2022 1037Halo Anggit A, kakak bantu jawab ya Ketika urine yang ditetesi benedict menunjukkan warna merah bata maka kemungkinan penyakit yang dialami pasien tersebut adalah glukosuria. Lain halnya ketika urine yang ditetesi biuret menunjukkan warna ungu maka kemungkinan penyakit yang diderita oleh pasien adalah albuminaria. Mengapa demikian ? Sekarang, kita bahas yuk ! Pengujian kandungan urine dengan larutan Benedict bertujuan untuk menguji keberadaan glukosa di dalam urine. Urine yang mengandung glukosa akan berwarna merah bata atau jingga setelah dilakukan pengujian tersebut. Adapun larutan Biuret dapat digunakan untuk menguji keberadaan protein dalam urine. Urine yang mengandung protein akan terbentuk endapan berwarna ungu setelah diberi larutan tersebut. Berdasarkan kasus tersebut, urine yang berubah menjadi warna ungu setelah diuji larutan Biuret dan terdapat endapan merah bata setelah diuji larutan Benedict. Hal ini menunjukkan bahwa urine pasien tersebut mengandung protein dan glukosa sehingga pasien tersebut menderita penyakit albuminuria dan glukosuria. Albuminuria adalah ditemukannya protein albumin pada urine. Adanya albumin dalam urine merupakan indikasi adanya kerusakan pada membran glomerulus. Adapun glukosuria adalah ditemukannya glukosa pada urine. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan pada badan Malpighi. Semoga bisa membantu ya !
Uji laboratorium Uji laboratorium dihubungkan dengan penilaian dan evaluasi jembatan yang ada pada umumnya dilakukan pada spesimen yang diambil dari struktur yang dievaluasi. Dalam beberapa kasus, bagian struktural yang dipotong dari struktur itu contohnya, fragmen hubungan jembatan baja, perletakan atau elemen jembatan dari sambungan siar-muai diuji. Uji yang dilakukan pada keseluruhan elemen struktural yang diambil dari struktur yang ada contohnya, balok beton pratekan jarang dilakukan. Dalam kasus jembatan beton, spesimen bahan mungkin spesimen beton, tulangan atau baja prategang. Secara umum, mereka diuji dalam laboratorium menurut prosedur yang baku, yang mungkin berbeda tergantung pada negara tetapi pada umumnya berhubungan dengan penentuan sifat bahan yang terdaftar pada Tabel 11. Dalam kasus jembatan baja, spesimen baja struktural kebanyakan diuji untuk menentukan sifat bahan yang terdaftar pada Tabel 11. Bagaimanapun, dalam beberapa kasus, fragmen struktural secara relatif dipotong dari struktur juga diuji, sebagian besar untuk menentukan karakteristik fatik dari suatu hubungan. Uji laboratorium menyangkut sifat mekanis bahan kebanyakan bersifat merusak dan dilakukan menggunakan mesin uji dari berbagai tipe. Lingkup pengujian tergantung pada kebutuhan individual. Untuk tujuan rehabilitasi jembatan, identifikasi bahan dalam Tabel 11, terutama mengenai jembatan baja tua merupakan bagian kepentingan pokok untuk memilih suatu bahan yang sesuai untuk perbaikan atau perkuatan. Sama halnya, beton dan sifat tulangan baja aktual dalam struktur harus dikenal sebelum proses perancangan rehabilitasi. Tabel 11 Sifat Bahan yang Diuji dalam Laboratorium pada Spesimen yang Diambil dari Jembatan Beton dan Baja Jembatan beton Jembatan baja A. Beton B. Tulangan baja C. Baja Prategang D. Baja struktural Kuat tekan Specific gravity permeabilitas ketahanan beku konsentrasi klorida dan bahan kimia lain Struktur internal bahan Identifikasi bahan hubungan tegangan-regangan – kuat tarik, titik leleh dan modulus Young Struktur Internal bahan Identifikasi bahan Kuat tarik Struktur internal bahan Sifat mekanik lain – jika diperlukan Identifikasi bahan Hubungan tegangan - regangan Ketahanan fatik Ketahanan getas fraktur Struktur internal bahan Kuat tekan beton dapat ditentukan dengan perolehan spesimen inti struktur yang menggunakan suatu mesin bor khusus dan peengujian specimen tersebut. Spesimen adalah silinder dengan garis tengah pada umumnya bervariasi mulai dari 8 s/d 16 cm, tergantung pada ukuran agregat, dan dengan panjangnya yang lebih disukai dua kali garis tengah, jika mungkin. Perolehan spesimen dari struktur memerlukan ketelitian dan perhatian khusus, sebab sebagian tulangan baja atau tendon prategang dapat rusak atau bahkan terputus selama pengeboran. Lebih dari itu, beton yang diperoleh harus cukup kuat. Beton yang tidak keras, menurun mutunya secara umum terlalu lemah untuk dapat diperoleh. Lubang bor yang tersisa dalam struktur setelah pengambilan inti spesimen harus dengan segera diisi dengan beton atau bahan perbaikan sesuai yang lain. Dalam beberapa hal, untuk menentukan penyebab lingkungan tertentu yang mengarah pada penurunan mutu beton, analisa kimia dilakukan untuk mendeteksi bahan kimia berbahaya dan konsentrasinya dalam bahan Analisa pada umumnya dilakukan pada potongan beton yang secara visual menurun mutunya yang diambil dari struktur. Sebagai tambahan, suatu analisa petrografik yang menggunakan teknik mikroskop dapat dilaksanakan untuk mendeteksi rongga, retak pada agregat kasar, retak atau debonding antara agregat dan substrat sebagaimana cacat lain dalam struktur beton internal Pengamatan dapat dibuat pada potongan sisa beton dari uji kekuatan yang sebelumnya dilakukan atau pada potongan bahan yangdiambil secara langsung dari struktur itu. Specific gravity , permeabilitas dan ketahan beku beton ditentukan, jika diperlukan, menggunakan prosedur baku. Uji seperti itu mengizinkan kita untuk memperoleh informasi tentang kualitas beton dalam struktur jembatan, sebagian besar berkenaan dengan ketahanan bahan. Uji identifikasi bahan pada tulangan baja dilakukan pada spesimen yang dipotong dari tulangan individual struktur, selagi kasus baja prategang pada kawat individual yang dipotong dari tendon. Dengan cara yang sama, identifikasi bahan baja struktural dilakukan pada spesimen juga disebut kupon yang dipotong dari elemen jembatan. Pemilihan lokasi darimana kupon dipotong merupakan bagian penting utama. Lokasi mungkin dipindahkan baik dari elemen struktural sekunder contohnya , pengaku diafragma dan elemen struktural yang primer contohnya, gelagar utama. Tergantung pada lokasi elemen dan kupon, konsekuensi dari keselamatan sebagai hasil pengurangan penampang dari unsur yang diberikan harus dianalisa. Perbaikan yang sesuai harus disajikan untuk memelihara daya-dukung jembatan, contohnya detail perbaikan baut atau las. Identifikasi bahan dilakukan menggunakan analisa kimia sebagaimana cara penyelidikan mikroskopik struktur internal baja. Sebagaimana yang disebutkan di atas lihat Bagian baja harus dikenali, terutama dalam hal jembatan tua , yang kebanyakan untuk menentukan kemampuan untuk dapat dilasnya dan proses las untuk digunakan selama perbaikan atau rehabilitasi struktur itu. Pengamatan mikroskopik atas struktur internal tulangan, prategang dan baja struktural dilaksanakan dalam kasus kerusakan struktural untuk memahami dan menentukan mengapa bagian bahan tertentu adalah runtuh. Sifat mekanis pokok penulangan, prapenegangan dan baja struktural pada umumnya ditentukan pengujian tarik menggunakan uji mesin standar dan strain gauge berbagai tipe untuk mengukur regangan selama pengujian. Uji seperti itu mengizinkan penentuan hubungan tegangan-regangan dan karakteristik bahan lain sebagai hasil, dari titik leleh, kuat tarik, dan Modulus Young. Dalam kasus baja struktural, uji fatik sebagaimana pengujian ketahanan getas fraktur dapat dilakukan pada kupon itu. Prosedur uji secara normal distandarkan tetapi pengujian itu sendiri dilaksanakan ketika keraguan serius terjadi mengenai fatik dan ketahanan retak fraktur dari bahan di jembatan ada yang diberikan. Dalam beberapa situasi, bagian-bagian dari struktur, kebanyakan sambungan dilas, dapat dipindahkan dari jembatan dan diperlakukan terhadap beban fatik dalam suatu mesin uji khusus. Ketahanan retak fraktur pada umumnya diuji pada spesimen standar yang ditakik dengan cara uji tumbukan menggunakan palu pendulum yang terayun, kebanyakan tipe Charpy. Jumlah energi tumbukan yang dulu digunakan untuk membuat fraktur spesimen dipertimbangkan sebagai suatu ukuran fraktur bahan. Retak fraktur normal dari struktur granular ketika fraktur fatik secara normal mempunyai sebuah struktur yang berserat. Hal ini memungkinkan kita untuk membedakan dan menentukan penyebab kerusakan struktural dalam elemen jembatan. Dalam beberapa kasus tertentu, uji tambahan mungkin dilakukan dalam laboratorium, yang kebanyakan pada kawat yang diambil dari tendon prategang contohnya pengujian kontrafleksi, uji torsi atau uji perpanjangan. Uji tersebut pada umumnya dilakukan menurut prosedur baku. Uji laboratorium adalah elemen yang sangat penting yang melengkapi pemeriksaan jembatan dan uji lapangan jembatan. Dalam banyak kasus, hasil ujii laboratorium adalah suatu faktor yang bersifat menentukan dalam memilih suatu solusi bahan yang sesuai untuk perbaikan, rehabilitasi atau modernisasi jembatan. Pengusul / Penyusun Subdit Penyiapan Standar dan Pedoman Dit. Bina Teknik Ditjen Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Tim Pembahas Pemeriksaan Jembatan Rangka Baja No. Nama Instansi 1 Ir. Lany Hidayat, Widiaswara 2 Dr. Ir. John Dachtar Puslitbang Jalan dan Jembatan 3 Ir. Bambang Widianto, Widiaswara 4 Ir. Suhartono Irawan, Konsultan 5 Dr. Ir. Made Suangga, Universitas 6 Ir. Herman Darmansyah, MT Dit. Bintek 7 Ir. Syarkowi, BBPJN. III 8 Ir. Djoko Sulistyono, BBPJN. IV 9 Ir. Iwan Zarkasi, BBPJN. V 10 Ir. Herry Vaza, Dit. Bintek 11 Ir. Subagyo, CES Dit. Jln&Jbt Wil. Timur 12 Ir. Nandang Syamsudin, MT Puslitbang Jalan dan Jembatan 13 Ir. Hisar Marpaung SNVT. P2JJ. Prop. Kaltim 14 Ir. Sjofva Roliansyah, MT SNVT. P2JJ. Prop. Sumbar. 15 Ir. Agus Nugroho, MM. Dit. Bintek. 16 Asep Hilmansyah, ST, MT Dit. Bintek.
pada suatu pemeriksaan laboratorium diuji