perbedaanmetode ini dengan metode termogravimetri adalah pada penggunaannya dimana metode ini digunakan untuk bahan - bahan pangan yang sensitif terhadap panas seperti sayuran dan buah-buahan kering (aoac method 967.19 e-g), cokelat (aoac method 977.10), kopi panggang, minyak dan lemak (aoac method 984.20) serta makanan dengan kadar air rendah
BAHANAJAR PENGUJIAN BAHAN PANGAN No. BAK/TBB/BOG311 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2010 Hal 1 dari 9 Semester III BAB III Prodi Teknik Boga Dibuat oleh : Diperiksa oleh : Akibatnya, proses pendaftaran produk makanan dan minuman menjadi terkendala karena industri tidak dapat memenuhi persyaratan yang diminta. Selain
Pengujianproduk adalah proses pemastian kualitas sampel produk terhadap suatu persyaratan standar tertentu. Laporan pengujian hanya berlaku untuk sampel yang diuji, tidak mewakili keseluruhan produk. Sucofindo melayani pengujian diantaranya untuk Pengujian pangan, kosmetika, produk pertanian, mineral, migas, dan produk konsumen lainnya
Contohnyamenyerupai estimasi usia pajang produk sanggup besar lengan berkuasa terhadap frekuensi dan biaya pengiriman. Lalu kemungkinan adanya problem penggunaan yang signifikan sanggup menjadikan perlunya pelengkap isu labeling, periklanan, dan sebagainya. 2. Pengujian Preference and Satisfaction Testing (Preferensi dan Kepuasan)
ProsesPencarian Ide | 3. Proses Penyaringan Ide Produk Baru | 4. Proses Komersialisasi Produk | 5. 6 Tahapan dalam Perencanaan Strategi Produk } 1. Technical Testing (Pengujian Teknis) Yaitu dengan cara membuat prototipe yang merupakan approximation (perkiraan) produk akhir. Pengujian atas kinerja produk prototipe dapat menghasilkan sejumlah
Salahsatu prosedur yang dilakukan adalah pengujian produk di laboratorium. Saat ini, proses pengujian dilakukan secara luas baik oleh laboratorium dari instansi pemerintah, sektor industri (supplier bahan baku dan produsen pangan) dan lembaga penelitian/ universitas.
.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ketika datang ke industri makanan dan minuman, penting untuk memiliki sistem yang efektif untuk menandai dan mengkode produk dengan benar. Coding dan marking adalah praktik penting yang memungkinkan produsen makanan dan minuman untuk melacak produk mereka, memastikan keamanan konsumen, dan memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi praktik terbaik untuk coding dan marking pada produk makanan dan minuman, serta pentingnya mengoptimalkan proses ini untuk mencapai hasil yang terbaik. Mari kita mulai!1. Mengapa Coding dan Marking Penting? Keamanan KonsumenCoding dan marking memainkan peran penting dalam menjaga keamanan konsumen. Dengan adanya sistem yang efektif, produsen dapat melacak produk dari tahap produksi hingga penjualan, memungkinkan mereka untuk mengambil tindakan cepat jika terjadi masalah seperti recall produk atau potensi kontaminasi. Dalam industri makanan dan minuman, di mana kualitas dan keamanan sangat penting, coding dan marking menjadi kunci untuk menjaga reputasi merek dan kepercayaan Kepatuhan Regulasi Produk makanan dan minuman harus mematuhi berbagai peraturan dan persyaratan yang ditetapkan oleh otoritas regulasi. Dalam hal ini, coding dan marking diperlukan untuk memenuhi persyaratan pelabelan produk, termasuk informasi nutrisi, tanggal kedaluwarsa, dan kode produksi. Dengan menerapkan praktik terbaik dalam coding dan marking, produsen dapat memastikan bahwa mereka mematuhi semua peraturan yang berlaku dan menghindari sanksi hukum yang dapat merugikan bisnis Praktik Terbaik untuk Coding dan Pilih Metode yang Sesuai Ada beberapa metode coding dan marking yang tersedia, termasuk cetak tinta, tinta laser, dan tinta tahan panas. Pilih metode yang sesuai dengan jenis produk makanan atau minuman yang Anda produksi. Misalnya, produk yang memiliki permukaan licin atau berkilau mungkin memerlukan tinta tahan panas untuk mencapai kualitas cetakan yang Gunakan Tinta Berkualitas TinggiTinta yang digunakan dalam coding dan marking harus berkualitas tinggi dan tahan terhadap kondisi lingkungan yang mungkin terjadi selama transportasi atau penyimpanan. Pastikan untuk memilih tinta yang aman untuk digunakan dalam kontak dengan makanan dan minuman, serta tinta yang tahan air agar tidak luntur atau pudar seiring Tetapkan Kode yang Jelas dan Mudah DibacaKode yang ditandai pada produk harus jelas dan mudah dibaca oleh pihak yang berwenang, termasuk petugas kualitas, pedagang, dan konsumen. Pastikan untuk menggunakan huruf dan angka yang cukup besar dan jelas agar informasi dapat dibaca dengan mudah tanpa harus menggunakan peralatan khusus. Pilihlah gaya tulisan yang sesuai dengan ukuran dan bentuk kemasan produk Anda, sehingga kode dapat terlihat dengan Perhatikan Waktu dan Lokasi PencetakanPastikan waktu pencetakan kode pada produk makanan dan minuman Anda tepat dan konsisten. Tanggal kedaluwarsa dan informasi penting lainnya harus dicetak dengan akurat dan tidak terjadi kesalahan. Selain itu, pastikan lokasi pencetakan kode juga konsisten pada setiap produk. Hal ini memudahkan dalam pelacakan dan identifikasi produk jika terjadi masalah di masa Lakukan Verifikasi dan Pengujian Rutin Selalu lakukan verifikasi dan pengujian rutin terhadap sistem coding dan marking yang Anda gunakan. Pastikan bahwa kode yang dicetak sesuai dengan yang diharapkan, tinta tidak luntur atau pudar, dan peralatan pencetakan berfungsi dengan baik. Dengan melakukan pengujian berkala, Anda dapat menghindari kesalahan dan memastikan kualitas kode yang tercetak pada setiap Pertanyaan Umum1. Apakah coding dan marking hanya penting untuk produsen besar?Tidak, coding dan marking penting untuk semua produsen makanan dan minuman, baik besar maupun kecil. Hal ini membantu dalam melacak produk, menjaga keamanan konsumen, dan memenuhi persyaratan regulasi yang Apakah ada peraturan khusus yang mengatur coding dan marking pada produk makanan dan minuman?Ya, ada peraturan yang mengatur coding dan marking pada produk makanan dan minuman. Misalnya, beberapa negara mewajibkan mencantumkan informasi tanggal kedaluwarsa, kode produksi, dan label nutrisi pada kemasan Apakah ada risiko jika tidak melakukan coding dan marking dengan benar? 1 2 Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Produk makanan dan minuman tidaklah lepas dari pengujian kualitas, justru pengujian kualitas makanan dan minuman menjadi lebih ketat semenjak pandemi berlangsung. Kebutuhan yang semakin meningkat juga menyebabkan pengujian yang dilakukan haruslah optimal dan efisien baik terhadap hasil maupun waktu analisanya. Salah satu faktor efisien dan optimalnya suatu analisa adalah pemilihan instrument dalam analisa. Lalu seberapa besar pengaruh penggunaan instrumen yang lebih modern dibandingkan instrumen semi atau konvensional pada analisa yang dilakukan? Artikel ini akan membahas instrument yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia SNI nomor 2891 tahun 1992. Makanan bergizi adalah kebutuhan wajib yang harus dipenuhi oleh semua orang. Kekurangan makanan bergizi dapat menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan seperti mudah kedinginan, mudah lelah, penurunan berat badan hingga turunnya daya tahan tubuh. Gizi yang terkandung dalam makanan atau suatu minuman tertentu tentunya tidak lepas dari pemantauan kualitas yang selalu dilakukan oleh produsen. Pemantauan kualitas ini dilakukan dengan melakukan pengujian berbegai parameter pada produk. Adapun parameter uji tersebut disebutkan dalam Standar Nasional Indonesia SNI nomor 2891 tahun 1992, yakni kadar air, kadar abu, protein, lemak, karbohidrat, laktosa, serat kasar, kekentalan, bagian yang tak larut dalam air, kehalusan, NaCl, pH, dan bobot jenis. Penjelasan beberapa pengujian ini dapat simak pada penjabaran dibawah ini. 1. Kadar Air Dalam produk makanan, kadar air berfungsi untuk membentuk dan mempertahankan tekstur makanan, serta berperan untuk menentukan rasa, berat, dan umur simpan dari produk makanan. Jika kadar air berlebih maka tekstur produk akan menjadi lembek, bahkan dapat menyebabkan penggumpalan dan penyumbatan pada pipa selama proses produksi. Semakin besar kadar air dalam produk pangan juga memicu kecepatan bakteri untuk tumbuh yang dapat menyebabkan rusaknya produk. Sebaliknya, jika kadar air dalam suatu produk kurang produk akan cenderung kaku dan mempengaruhi konsistensi produk yang dihasilkan. Estimasi kadar air dari beberapa produk makanan ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Kadar Air Beberapa Produk Makanan Nielsen, 2010 No Makanan Kadar Air % 1 Yogurt , tanpa rasa dan rendah lemak 2 Susu, rendah lemak, cair 3 Sereal jagung 4 Mentega asin 5 Biskuit asin Secara umum kadar air ditentukan dengan menggunakan metode termogravimetri thermogravimentry dan titrasi karl fisher Karl Fisher Titration. Metode termogravimetri direkomendasikan dalam Standar Nasional Indonesia SNI serta beberapa official metode seperti pada Association of Official Analytical Chemists AOAC dan Food and Drugs Administration FDA. Pada prinsipnya, metode termogravimetri dilakukan dengan membandingkan bobot sampel sebelum dan setelah pemanasan dilakukan pada sampel. Alat yang digunakan pun beragam, seperti oven, forced draft oven ataupun vacuum oven yang didukung dengan neraca analitik dan desikator, moisture analyzer, microwave analyzer, serta infrared drying oven. Namun dari seluruh alat yang telah disebutkan, alat yang paling umum digunakan adalah oven, forced draft oven ataupun vacuum oven yang didukung dengan neraca analitik analytical balance dan desikator. Alur dari uji kadar air ini dapat dilihat pada Gambar 1 dan hasil kadar air dapat ditentukan dengan rumus dengan W0 adalah berat wadah g W1 adalah berat wadah dengan contoh g W2 adalah berat wadah contoh uji setelah dikeringkan g Gambar 1. Alur Pengujian Kadar Air dengan Metode Drying Oven Sedikit berbeda dengan metode drying oven, metode termogravimetri juga dapat menggunakan alat berupa moisture analyzer, yang ditujukkan pada Gambar 2a. Metode lainnya, yakni metode titrasi Karl Fisher Karl Fisher titration dilakukan dengan menggunakan alat titrator otomatis karl fisher automatic Karl Fisher Titrator dengan prinsip titrasi reduksi-oksidasi redoks antara iodin dan sulfit dengan media berupa metanol dan piridina. Contoh tampilan alat titrator Karl Fisher dapat dilihat pada Gambar 2b. Perbedaan metode ini dengan metode termogravimetri adalah pada penggunaannya dimana metode ini digunakan untuk bahan - bahan pangan yang sensitif terhadap panas seperti sayuran dan buah-buahan kering AOAC method E-G, cokelat AOAC method kopi panggang, minyak dan lemak AOAC method serta makanan dengan kadar air rendah namun memiliki kadar protein atau gula yang tinggi. Reaksi yang terjadi pada saat proses titrasi karl fisher adalah sebagai berikut Gambar 2. Alat Moisture Analyzer a, Alat Titrator Karl Fisher b Selain metode termogravimetri dan metode titrasi Karl Fisher, terdapat metode lainnya yang direkomendasikan oleh Standar Nasional Indonesia SNI nomor 2981 tahun 1992, yakni metode destilasi refluks. Prinsip metode ini didasarkan pada pemisahan zat azeotropik dengan pelarut organik dengan pelarut xylol dan toluena. Metode ini dapat digunakan untuk sampel seperti rempah â rempah AOAC method keju AOAC method dan pakan hewan AOAC method Namun metode ini masih menggunakan alat â alat kaca glassware sehingga masih bersifat manual dan beresiko untuk keselamatan analis karena rangkaian yang mudah pecah. 2. Kadar Protein Analisa kadar protein penting dilakukan untuk pengisian label nutrisi, penentuan harga pada produk, investigasi fungsi sifat, serta penentuan aktivitas mikrobiologi. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui total kandungan protein, kandungan protein khusus dalam suatu campuran, kandungan protein selama proses isolasi dan pemurnian protein, non-protein nitrogen, komposisi asam amino, serta nilai nutrisi protein suatu produk. Dalam hal ini, Standar Nasional Indonesia Nomor 2981 Tahun 1992 merekomendasikan metode Kjeldahl dan metode formol untuk penentuan protein. Metode Kjeldahl ditentukan melalui 3 tahap, yakni tahap destruksi, tahap destilasi dan tahap titrasi. Pada prinsipnya, metode ini didasarkan pada pengubahan molekul protein menjadi gas ammonia yang ditangkap oleh asam borat dan ditentukan kadarnya dengan cara titrasi. Metode ini menggunakan reagen berupa asam sulfat pekat H2SO4, Kalium Sulfat K2SO4, dan Tembaga Sulfat CuSO4 pada tahap destruksi, sedangkan pada tahap destilasi digunakan reagen NaOH dan Asam borat dan diakhiri dengan menitar destilat hasil destilasi dengan larutan asam dengan indikator tertentu. Larutan indikator yang biasanya digunakan adalah larutan bromkresol hijau bromcresol green dan metil merah methyl red, beberapa literatur juga menyebutkan bahwa indikator phenolphtalein PP dapat digunakan untuk tahapan titrasi metode Kjeldahl. Persamaan reaksi dari keseluruhan tahapan metode Kjeldahl adalah sebagai berikut Metode ini dijelaskan lebih rinci pada artikel sebelumnya yang memuat uji protein pada produk olahan susu dairy product. Terkait alat yang dapat digunakan untuk metode ini, rangkaian alat kaca glassware tetap dapat digunakan. Namun, banyak analis yang setuju bahwa menggunakan peralatan manual ini kurang efisien karena waktu yang dibutuhkan cukup lama baik dalam proses destruksi maupun dalam proses destilasi dan titrasi. Terlebih lagi, titrasi manual dengan menggunakan buret kaca masih berpotensi terjadinya human error berupa kesalahan paralaks serta hasil yang masih berisfat subjektif dan analis masih harus menghitung kadar protein secara manual beserta dengan estimasi ketidakpastian dari analisa yang dilakukan. Hal ini tentunya berbeda jika metode Kjeldahl dilakukan dengan menggunakan instrument modern, yang mana dalam hal ini alat digester Kjeldahl serta Unit Destilator Kjeldahl UDK dapat digunakan, bahkan terdapat Unit Destilator Kjeldahl UDK yang sudah dilengkapi dengan titrator atau analisa dapat menggunakan automatic titrator pada saat tahap titrasi. Perbedaan rangkaian alat manual dan alat modern untuk metode Kjeldahl ini dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Rangkaian Uji Kjeldahl a Secara Manual, b Modern Adapun kelebihan dan kekurangan pemakaian alat manual maupun modern telah dirangkum pada Tabel 2. Dari Tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan instrumentasi modern untuk metode Kjeldahl dapat dijadikan sebagai referensi karena dapat meningkatkan efisiensi analisa pada sisi waktu maupun akurasi analisa. Tabel 2. Metode Kjeldahl Manual vs Modern Parameter Menggunakan Instrument Cara Manual Efisiensi Waktu Relatif lebih cepat dengan estimasi waktu - Tahap Destruksi ±120 menit - Tahap Destilasi ± 5 Menit - Tahap Destilasi dan Titrasi ± 5 menit Relatif lebih lama dengan estimasi waktu - Tahap Destruksi ± 360 menit - Tahap Destilasi tidak dapat ditentukan pasti optimalnya - Tahap Titrasi ± 10 menit Sifat Hasil Titrasi Objektif Subjektif karena berpotensi terjadinya human error seperti kesalahan paralaks Hasil Muncul Angka pada display Alat dalam % protein, N mg, mg Protein Dihitung dengan perhitungan manual Akurasi Tercantum pada spesifikasi Alat Diketahui melalui perhitungan estimasi ketidakpastian Keamanan untuk analis Lebih aman karena dilengkapi dengan adanya protection guard dan alarm pada alat Lebih beresiko pada analis untuk terpapar residu reagen ataupun pecahnya rangkaian alat. Biaya Relatif lebih mahal Relatif lebih murah 3. Kadar Lemak Selain protein, lemak adalah parameter yang penting untuk dipantau karena jika kadar lemak pada makanan terlalu banyak, maka dapat menyebabkan dampak negatif seperti obesitas, kolesterol tinggi, darah tinggi, penyakit jantung koroner dan lainnya. Oleh karena itu, lembaga kesehatan dunia World Health Organization/WHO menghimbau untuk mengurangi jumlah asupan lemak total hingga kurang dari 30%. Dalam penentuan lemak, salah metode yang direkomendasikan dalam Standar Nasional Indonesia SNI nomor 2891 Tahun 1992 adalah metode ekstraksi pelarut atau sering disebut sebagai metode Sokletasi. Metode ekstraksi ini dilakukan dengan merendam sampel menggunakan pelarut murni dalam suatu siklus tertentu. Metode ini juga menganut prinsip gravimetri dengan membandingkan bobot sebelum dan setelah proses ekstraksi dan pengeringan menggunakan oven. Rumus yang digunakan untuk menentukan kadar lemak dapat ditulis sebagai berikut Meski metode ini sangat umum digunakan, namun metode sokletasi masih tergolong manual, yakni dengan menggunakan rangkaian alat kaca glassware dan hotplate/ heating mentle. Rangkaian alat kaca tersebut terdiri dari labu alas bulat, tabung soklet, batu didih dan kondensor yang dapat ditunjukkan pada Gambar 4. Pada Gambar 4 juga dapat dilihat 1 siklus dalam proses ekstraksi sokletasi. Keseluruhan proses sokletasi ini biasanya dilakukan selama ± 6 jam. Namun hal ini kuranglah efisien jika sampel yang diterima analis terlampau banyak. Tentunya penggunaan instrumentasi modern sangat membantu untuk kebutuhan ini. Gambar 4. Rangkaian Alat Sokletasi Dengan penggunaan instrument, waktu ekstraksi secara keseluruhan yang dibutuhkan hanyalah berkisar ± 2 jam yang mana metode ini disebut sebagai metode Randall. Sedikit berbeda dengan metode sokletasi, metode ini berprinsip pada perendaman pada pelarut panas sehingga ekstraksi Metode ini terdiri dari 3 sampai 5 tahap, yakni tahap perendaman immersion, tahap pencucian washing, tahap pemulihan pelarut serta tahap tambahan seperti tahap pengangkatan sampel removing dan tahap pendinginan. Penjelasan lebih detail terhadap metode ini dapat dibaca pada artikel sebelumnya. Selain efisiensi waktu, keuntungan lainnya adalah pelarut yang digunakan lebih sedikit, pelarut yang telah digunakan pun dapat digunakan untuk jenis sampel yang sama, ekstraksi dapat dilangsungkan pada 3 sampai 6 sampel berbeda, dan lebih aman untuk analis. Adapun keseluruhan tahapan dari pengujian lemak ini ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5. Tahapan Pengujian Lemak dengan Metode Ekstraksi Pelarut 4. pH PH adalah derajat keasaman suatu material atau minus dari logaritma konsentrasi ion hidrogen yang terkandung dalam sampel. Parameter ini sangatlah penting untuk dipantau karena pH merupakan tolak ukur kondisi munculnya kontaminasi bakteri, jamur ataupun mikroorganisme lainnya pada produk yang dapat menyebabkan kerusakan pada tekstur, perubahan rasa, maupun gizi produk terkait. Dalam pengukuran pH sampel makanan dan minuman, disarankan dalam Standar Nasional Indonesia SNI Nomor 2891 Tahun 1992 untuk menggunakan alat pH meter. Namun, perlu menjadi catatan untuk seluruh analis bahwa perlakuan pengujian pH pada setiap sampel makanan dan minuman tidaklah sama. Hal ini dikarenakan setiap makanan dan minuman memiliki variasi bentuk maupun kandungan yang berbeda â beda sehingga kebutuhan elektroda pengukur pH dari masing â masing jenis makanan pun berbeda â beda. Lalu apa yang terjadi jika elektroda yang digunakan tidak cocok incompatible pada makanan yang hendak diuji? Hal ini tentunya dapat menyebabkan pembacaan lambat, siklus dalam elektroda yang tidak teratur akibat terblokadenya junction pada elektroda, atau bahkan dapat menyebabkan munculnya error pada display karena tidak dapat terbacanya aktivitas ion hidrogen H+ pada sampel. Sebagai contoh, pengukuran pH pada produk olahan susu dairy products seperti susu cair membutuhkan elektroda khusus yang memiliki tipe junction annular sleeve sure-flow, sedangkan produk keju lebih disarankan untuk menggunakan elektroda dengan tipe junction keramik ceramic dengan ujung yang tajam spear tip. Hal ini karena partikel â partikel teremulsi pada susu yang bergerak dapat mengakibatkan tersumbatnya atau terblokadenya junction pada elektroda jika elektroda yang digunakan tidak sesuai. Lebih jauhnya terkait pengujian pH pada sampel makanan dapat dibaca di artikel âUji pH pada Makananâ. Sebelum pH meter digunakan pada sampel, alat harus dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan buffer pH. Larutan pH yang dapat digunakan untuk kalibrasi pH meter pun beragam, yakni dapat menggunakan larutan buffer dengan kode warna buffer color coded atau menggunakan buffer tipe IUPAC. Kalibrasi dapat dilakukan dengan menggunakan 2 sampai 5 titik kalibrasi, bergantung pada regulasi yang diacu oleh analis yang bersangkutan. Namun, titik kalibrasi yang umum digunakan adalah pada pH dan Adapun contoh alat pH meter beserta larutan buffer pH yang dapat digunakan ditunjukkan pada Gambar 6. Gambar 6. Alat pH meter beserta larutan buffer pH Dalam segi perawatan dan penyimpanan, elektroda yang diperuntukan untuk sampel makanan dan minuman haruslah segera dibersihkan setelah digunakan. Hal ini untuk mencegah tertinggalnya residu sampel pada badan elektroda khususnya pada bagian balb. Jika terdapat residu yang tertinggal pada balb elektroda, maka elektroda tersebut harus dibersihkan menggunakan cairan pembersih khusus elektroda, yakni dengan merendamnya dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan petunjuk yang diarahkan. Untuk penyimpanan, selalu simpan elektroda dengan posisi balb elektroda terendam dalam larutan penyimpan storage solution sehingga balb elektroda tetap terhidrasi dengan optimal. Referensi Appoldt, Yvonne dan Gina Raihani. 2017. Determining Moisture Content, diakses pada Hari Jumat Tanggal 2 Juli 2021 Pukul WIB Badan Standardisasi Nasional. 1992. Standard Nasional Indonesia Nomor 2891 âCara Uji Makanan dan Minumanâ Food and Drugs Administration. 2014. Water Activity wa in Foods, diakses pada Hari Selasa Tanggal 6 Juli 2021 Pukul WIB Nielsen, 2010. Food Analysis Fourth Edition. West Lafayette Springer Thermo Scientific. 2014. Application Note Measuring pH of Non Aqueous and Mixed Samples. Thermo Scientific. 2014. PH Measurement Handbook. Velp Scientifica. 2015. Application Note Crude Fat Determination in Meat Products. Italy Velp Scientifica Company
Berbicara mengenai bisnis, semua bisnis yang akan dijalankan akan berhubungan dengan pelanggan yang mana Anda juga akan menggunakan strategi promosi untuk meningkatkan penjualan. Sesuai dengan survei, bahwa rentang perhatian standar seseorang adalah sekitar 8 detik. Hal ini menandakan bahwa perusahaan hanya memiliki waktu 8 detik untuk menarik perhatian pelanggan, hingga memberikan kesan yang menarik. Nah, adapun hal yang perlu dilakukan oleh pemilik bisnis yaitu dengan pengujian produk. Pengujian produk atau test marketing adalah peluang bagi bisnis untuk menguji coba produk mereka sebelum peluncuran atau dijual. Nah, pada artikel ini kami akan menjelaskan apa itu pengujian produk, menguraikan pentingnya, menjelaskan jenis umum pengujian produk, dan cara untuk membantu Anda melakukan pengujian yang efektif selama tahap pengembangan. Apa itu Pengujian Produk Tester Produk ? Pengujian produk atau test marketing adalah strategi yang digunakan oleh para bisnis untuk mengevaluasi kelayakan produk baru dalam lingkungan yang terkendali. Nah, adanya strategi ini bisnis Anda dapat meningkatkan produk dengan belajar, beradaptasi, dan menyempurnakan sebelum meluncurkannya dalam skala yang lebih besar. Selain itu, tujuan pengujian produk atau test marketing ini juga untuk menentukan kebutuhan konsumen atau memenuhi permintaan. Proses pengujian produk ini membantu bisnis dalam mengidentifikasi kualitas, dan kinerja produk secara positif dan negatif melalui feedback konsumen, serta menyusun strategi pemasaran yang sesuai. Sebagai contoh, banyak tempat perusahaan yang menawarkan testing untuk produk bisnisnya di berbagai industri. Tujuan mereka adalah mengumpulkan umpan balik pelanggan dan menggunakan data untuk menganalisis bagaimana produk akan diterima di pasar. Pasar uji, di bidang bisnis dan pemasaran, adalah wilayah geografis atau kelompok demografis yang digunakan untuk mengukur kelayakan suatu produk atau layanan di pasar sebelum diluncurkan dalam skala luas. Kriteria yang digunakan untuk menilai penerimaan pasar uji meliputi Populasi yang secara demografis harus sesuai dengan target pasar yang diusulkan. Dan isolasi relatif dari pasar media yang berpenduduk padat sehingga iklan kepada audiens uji dapat efisien dan ekonomis. Mengapa Pengujian Produk Tester Produk Penting ? Pengujian produk merupakan bagian integral dari proses pengembangan produk dan peluncuran produk, yang memastikan bahwa produk tersebut memenuhi standar keamanan dan kualitas yang ketat sebelum digunakan di pasar. Nah, ketika sudah luncur produk baru, pasti sudah merasakan kualitas dan keamanan yang sesuai dengan pelanggan. Selain itu juga, pasti masyarakat juga belum mengenalinya, apalagi melihat, atau menggunakan produk Anda, ya kan? Sehingga dengan adanya pengujian produk atau tester, masyarakat bisa menggunakan dan merasakannya secara langsung. Hal ini membuat konsumen akan mengenali lebih mengenai produk terbaru Anda. Menguji produk ini dilakukan secara menyeluruh untuk masalah potensial seperti fungsionalitas, kompatibilitas, daya tahan, kegunaan, dan kinerja. Dengan begitu, hasil pengujian yang dilakukan perusahaan dapat memastikan setiap item yang dirilis telah memenuhi atau melampaui harapan pelanggan. Selain itu, memungkinkan perusahaan untuk menerima umpan balik yang berharga dari konsumen untuk meningkatkan produk atau layanan sebelum diluncurkan. Selanjutnya, dalam pengujian produk baru bertujuan untuk meningkatkan loyalitas dan kepercayaan pelanggan dengan menyediakan dokumentasi proses jaminan kualitas. Tak hanya itu, penguji produk ini bisa memberikan wawasan yang tak ternilai mengenai kebutuhan dan preferensi konsumen selama fase penelitian dan pengembangan. Nah, dengan adanya feedback yang diberikan pelanggan dapat digunakan untuk mengidentifikasi kekurangan dari produk yang Anda buat, hingga membuat terobosan baru. Hal ini bisa menghasilkan ide inovatif yang lebih baik dan sangat bermanfaat bagi pengalaman konsumen, baik bagi pengguna produk yang ada maupun pengguna produk yang bersangkutan di masa mendatang. Dengan demikian, memiliki serangkaian kemampuan pengujian yang komprehensif tidak hanya membantu memvalidasi model pra-produksi. Penguji juga membantu menemukan peluang baru untuk kesuksesan pemasaran lebih lanjut, serta meningkatkan penjualan. Apa Saja Jenis Tester Untuk Produk ? Pengujian produk adalah langkah penting bagi bisnis apa pun untuk memastikan bahwa produk mereka memenuhi standar kualitas, persyaratan, dan kepuasan pelanggan. Ada berbagai jenis atau kategori penguji yang berspesialisasi dalam berbagai aspek pengujian produk, masing-masing memberikan layanan yang berharga bagi perusahaan dalam prosesnya. Menurut sumber, ada 6 jenis pengujian produk yang umum untuk membantu bisnis Anda 1. Pengujian Konsep Selama pengujian konsep produk, tim produk mengeksplorasi kelayakan ide atau konsep produk dan mengevaluasi bagaimana kinerjanya di pasar, karena pengujian ini bergantung pada jenis produk yang dibuat. Pengujian konsep seringkali melibatkan presentasi, survei pelanggan, atau gambar rangka, yang merupakan kerangka kerja untuk produk digital, seperti situs web. Jenis pengujian konsep ini dapat membantu tim menentukan apakah bisa maju ke tahap pengembangan produk berikutnya dengan mengevaluasi tanggapan pelanggan terhadap gagasan tersebut. Selain itu, pengujian ini juga bisa memperkaya konsep, artinya Anda dapat memberikan kejelasan tentang fitur atau fungsionalitas yang diinginkan pelanggan dari produk tersebut. 2. Pengujian QA Pengujian jaminan kualitas QA sering terjadi di lingkungan bertahap, di mana tim dapat menguji fitur atau fungsionalitas suatu produk sebelum merilisnya ke publik. Nah, biasanya tim pengujian mengevaluasi produk menggunakan skenario berbeda untuk meniru pengalaman pelanggan. Mereka juga dapat menggunakan pengujian QA untuk menguji pembaruan produk atau mengembangkan fitur baru sebelum merilis perubahan secara publik. Jenis pengujian produk ini memastikan produk yang dihasilkan berfungsi seperti yang diharapkan dan membantu tim mengidentifikasi masalah sebelum meluncurkan produk. 3. Pengujian A/B Dengan jenis pengujian produk ini, tim membuat dua versi komponen produk dan menanyakan versi mana yang di sukai pelanggan. Perbedaan dapat bervariasi, mulai dari perubahan kecil seperti skema warna untuk situs web, hingga perubahan signifikan seperti variasi nama produk. Seringkali, tim menggunakan pengujian A/B untuk membuat pilihan desain berdasarkan preferensi pelanggan. Hal ini juga dapat membantu tim mempelajari lebih lanjut tentang kebutuhan dan preferensi pelanggan sehingga mereka dapat membuat produk untuk memenuhi harapan tersebut. 4. Pengujian Pasar Selanjutnya, pengujian pasar melibatkan pengenalan produk ke beberapa pelanggan untuk menilai pasar. Tim produk dapat mendistribusikan produk ke pelanggan di berbagai lokasi geografis, atau mereka dapat menargetkan demografi tertentu seperti pelanggan berusia 18 hingga 35 tahun. Jenis pengujian produk ini dapat membantu tim untuk mengukur potensi keberhasilan suatu produk di pasar. Selain itu, Anda juga bisa menggunakan pengujian pasar ini untuk meramalkan penjualan produk, merencanakan kampanye iklan, dan menentukan strategi distribusi yang efektif. 5. Pengujian Pengguna Jenis pengujian pengguna ini terjadi setelah tim pengembangan membuat produk dan merilisnya untuk umum. Tim melakukan pengujian pengguna dengan mengamati bagaimana pelanggan berinteraksi dengan produk. Kemudian, mereka mengumpulkan data dan informasi berdasarkan pengalaman pelanggan. 6. Pengujian Regresi Tim menggunakan jenis pengujian produk ini setelah pelanggan mulai menggunakan produk. Selama pengujian regresi, tim menguji fitur produk untuk membantu pengguna menentukan fitur yang ingin ditambahkan atau diperbarui. Pengujian regresi mengevaluasi dampak fitur baru pada fungsionalitas atau kegunaan produk saat ini, sementara beberapa fitur yang ada mungkin tetap tidak berubah. Tim dapat melakukan pengujian regresi untuk memastikan produk terus berfungsi seperti yang diharapkan. Pemasaran Pengujian Produk Jika penelitian tentang produk dan komunikasi menunjukkan keberhasilan, lalu mengapa menyerah pada uji coba pemasaran dan kehilangan potensi keuntungan dari produk yang sukses? Tujuan utama uji pemasaran adalah menguji semua elemen produk secara bersamaan. Rencana komunikasi dan produk diuji secara terpisah sebelum uji pemasaran dimulai dan membentuk dasar untuk pengujian produk yang sebenarnya. Uji rencana pemasaran yang praktis akan menilai keefektifan dalam pemasaran, menawarkan strategi untuk meningkatkan produktivitas. Rencana pemasaran pengujian produktivitas yang dimaksud ini yaitu mengukur respons konsumen terhadap item yang telah diuji sebelumnya produk, harga, rencana komunikasi. Hal ini juga mengukur penerimaan industri terhadap produk, strategi, dan rencana komunikasi. Bahwasannya, tes pemasaran ini Anda bisa mengukur reaksi konsumen, mengetahui kesadaran konsumen, melakukan pengujian produk, pembelian berulang, mengetahui pangsa pasar, hingga bisa meningkat volume penjualannya. Intinya, bahwa uji pemasaran merupakan elemen perencanaan pemasaran. Selain itu juga, langkah-langkah ini sangat penting dalam menentukan apakah produk tersebut harus maju untuk disetujui atau tidak. Karena keputusan semacam itu harus dibuat berdasarkan aturan yang praktis. Tak hanya itu, jika tingkat pengujian kurang dari 60%, lebih baik berhenti meluncurkan produk, karena akan berpengaruh dalam rencana laba bisnis. Tes pasar sendiri memperkirakan respons konsumen lebih akurat daripada pra-tes mana pun. Tes pemasaran menentukan tingkat keberhasilan potensial dari produk yang diluncurkan, apakah akan mengalami kegagalan produk, atau sukses secara signifikan. Hal ini membantu dalam menilai apakah target minimum dapat dicapai. Selain itu, terdapat uji kerugian pemasaran pengujian produk dan layanan yang bisa mengetahui apa saja tingkat kegagalan produk ini Meskipun uji pemasaran produk merupakan salah satu cara paling akurat untuk melihat seberapa baik pasar akan menerima produk sebelum meluncurkannya ke publik, akan tetapi masih ada beberapa kelemahan yang perlu dipertimbangkan, yaitu 1. Mahal. Pengujian adalah proyek berskala besar, sekaligus mengukur berbagai aspek produk bisnis. Ini membutuhkan anggaran khusus, yang mungkin tidak dimiliki oleh perusahaan kecil dan rata-rata. 2. Memakan waktu. Butuh waktu untuk menyiapkan kampanye dan menjalankannya untuk mendapatkan umpan balik. 3. Hasilnya bisa menyesatkan. Bahkan setelah mengumpulkan hasilnya, hasilnya bisa bias atau tidak akurat. Jika grup pengujian terlalu kecil atau sempit, bisnis berakhir dengan pandangan pasar satu dimensi, yang tidak mencerminkan kenyataan. Bagaimana Cara Melakukan Uji Pemasaran ? Hingga saat ini, kami mengetahui setiap pengetahuan teoretis tentang topik tersebut, tetapi studi Anda tidak akan pernah selesai tanpa praktik. Mari kita beralih ke cara melakukan uji pemasaran, dan berikut ini terdapat 5 langkah praktis yang signifikan 1. Pilih Pasar yang Tepat Ini adalah langkah penting karena memilih audiens yang bias akan sepenuhnya mengubah data yang akan kami kumpulkan di akhir. Saat memilih pasar, disarankan untuk memilih pasar yang secara akurat mewakili keseluruhan target audiens Anda. Biasanya, kota/platform online/demografi yang menghasilkan jumlah bisnis tertinggi adalah yang paling cocok untuk kategori ini. 2. Memilih Durasi Tes Kami perlu memilih durasi yang ditetapkan untuk kampanye. Pilih durasi waktu berdasarkan periode pembelian kembali dan kondisi persaingan. Nah, waktunya harus setidaknya 1 atau 2 bulan lebih lama dari periode pembelian kembali Anda. 3. Mencari Tahu Biaya Tes Biaya pemasaran berbanding lurus dengan durasi kampanye uji coba. Cari tahu biaya per akuisisi dan durasi pengujian untuk mengetahui harga total tes pemasaran. 4. Mengumpulkan Data Ini adalah langkah paling penting dalam proses uji pemasaran karena semua ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang akurat dan kredibel. Oleh karena itu, kita perlu memiliki sistem terstruktur untuk mengelola data kita. Beberapa poin data yang perlu Anda ukur adalah persona pelanggan, saluran distribusi, perilaku konsumen, ukuran permintaan, daya beli, umpan balik pelanggan, dll. 5. Analisis Data Sebelum peluncuran produk yang akan dijual, penting untuk menyoroti pentingnya analisis data, karena hal ini dapat menentukan tindakan di masa depan. Untuk mendapatkan wawasan tentang bisnis Anda, Anda harus mengubah data yang bagus menjadi visualisasi yang hebat. 6. Luncurkan Produk Inilah saatnya Anda mengambil tindakan yang signifikan. Jika kampanye pemasaran percobaan gagal, Anda perlu menemukan alasan kegagalan tersebut, mengulangi produk Anda, dan merencanakannya dengan tepat. Jika pemasaran percobaan Anda berhasil, itu akan memberi Anda keyakinan bahwa Anda berada di jalur yang benar dan akan membuat strategi pemasaran tersebut lebih layak. Cara Mendapatkan Tester Gratis Penguji produk secara gratis dapat memberi Anda keuntungan dalam pengembangan perangkat lunak, dan pengujian produk lainnya. Dengan penguji gratis yang Anda miliki, Anda akan menghemat waktu dan uang dengan menghindari kesalahan yang merugikan. Hal ini juga memungkinkan Anda untuk mendapatkan umpan balik yang berharga dari orang-orang yang telah menggunakan atau menguji kualitas dari produk atau layanan Anda. Umpan balik ini dapat digunakan untuk meningkatkan aspek yang tidak bekerja dengan baik atau mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki. Selain itu, menggunakan penguji gratis dapat mengurangi biaya keseluruhan yang terkait dengan pengembangan produk dengan menemukan dan memperbaiki kode yang salah sebelum digabungkan ke dalam produk utama. Selain itu, mendapatkan tester gratis memberi Anda akses untuk dengan mudah menguji fitur dan produk baru dengan cepat tanpa harus melalui proses membangun sumber daya lingkungan baru setiap saat. Sebaliknya, mereka menyiapkan lingkungan yang diperlukan sekali saja di komputer mereka sendiri dan menyediakan pengujian dalam waktu singkat dan pengujian berulang dalam jangka waktu yang lebih lama jika perlu. Terakhir, mereka memastikan bahwa semua fitur yang diuji berfungsi dengan baik di bawah kondisi yang berbeda karena hal ini dapat bervariasi tergantung pada lokasi dan perangkat. Lalu, bagaimana cara kerja pengujian produk? dan bagaimana Anda bisa menjadi penguji produk yang berkualitas? Pertama, Anda harus mendaftar dengan firma riset pasar yang menawarkan kegiatan pengujian produk. Setelah Anda melakukan ini, firma riset pasar akan mengirimi Anda email penyaring untuk diisi guna mengetahui apakah Anda memenuhi syarat untuk pekerjaan pengujian produk mereka saat ini. Saat Anda mengisi survei penyaring mereka, mereka akan memberi tahu Anda di bagian akhir apakah Anda memenuhi syarat atau tidak. Sebuah merek sedang mencari orang untuk menguji riasan baru mereka. Kandidat yang menggunakan kosmetik akan memenuhi syarat untuk posisi pengujian produk, sementara mereka yang tidak menggunakan kosmetik tidak akan memenuhi persyaratan. Setelah Anda mendapatkan persetujuan untuk menguji produk terbaik Anda, merek akan meminta alamat Anda untuk mengirimkan produk untuk dievaluasi selama satu atau dua minggu. Kemudian, mereka akan menindaklanjuti dengan email yang meminta umpan balik tentang produk yang telah Anda uji. Setelah selesai, Anda dibayar! Sederhana bukan? Contoh Produk Tester Namun, Anda mungkin telah memperhatikan banyak merek yang memberikan sampel gratis untuk resep baru makanan, kosmetik, parfum, produk rambut, dll. Itu tidak lain adalah contoh uji pemasaran karena mereka mengumpulkan data pelanggan. Berikut ini ada beberapa contoh produk tester yang perlu Anda ketahui, dilansir sumber waffle bytes 1. Wendyâs- Black Label Burger Internasional Wendy sedang menguji produk baru mereka yang disebut Black Label Burger. Sebelum mereka meluncurkannya secara umum, mereka mengadopsi metode uji pemasaran. Pasar uji yang dipilih adalah Columbia, Ohio. Karena dibagian tersebut mewakili seluruh pasarnya, termasuk ada semua kelompok umur, dan Universitas Negeri Ohio, serta mahasiswa internasional. 2. Kampanye Uji Coca-Cola Perusahaan minuman ringan ini telah bermitra dengan Grofers, sebuah aplikasi mobile yang mengkhususkan diri dalam pengiriman bahan makanan, untuk memberikan pilihan kepada konsumen dalam memesan Sprite Zero. Selain itu, terdapat varian rendah kalori dari minuman berkarbonasi Sprite. Tak hanya itu, kampanye yang diberikan yaitu mengantarkannya ke tempat tinggal mereka. 3. Hyderabad, India â Sebagai Pasar Uji Adanya produk yang berbeda ini, misal pada Lipton Ice tea, Kinley, Coca-Cola, dan sampo anti-ketombe Nizoral, akan menjalani pengujian di Hyderabad. Salah satu alasan penting Hyderabad cocok untuk uji pemasaran adalah karena orang-orang pusat TI dari seluruh wilayah datang ke sini. Sehingga, tempat ini dijadikan sebagai pasar nasional. Nah, itu dia penjelasan mengenai pengujian produk baru untuk bisnis Anda. Semoga bisnis Anda semakin terdepan! Pengujian Produk Adalah Pengujian produk atau test marketing adalah strategi yang digunakan oleh para bisnis untuk mengevaluasi kelayakan produk baru dalam lingkungan yang terkendali. Tujuan Pengujian Produk Adalah pengujian produk baru bertujuan untuk meningkatkan loyalitas dan kepercayaan pelanggan dengan menyediakan dokumentasi proses jaminan kualitas. Tak hanya itu, penguji produk ini bisa memberikan wawasan yang tak ternilai mengenai kebutuhan dan preferensi konsumen selama fase penelitian dan pengembangan.
Bagi seorang muslim status halal suatu produk non-pangan salah satunya kosmetik maupun obat-obatan sangat mutlak yang harus dipenuhi. Produk yang beredar dipasaran harus terbebas dari kandungan babi atau bahan lain yang menyebabkan produk tersebut tidak lagi halal. Metode Real Time Polymerase Chain Reaction RT-PCR yang dapat mendeteksi kandungan babi maupun alkohol untuk dapat memastikan kandungan tersebut terbebas dari cemaran babi. Dalam penelitian ini, telah dilakukan analisis kemungkinan adanya kandungan unsur babi dari ke empat produk non-pangan seperti kapsul, kuas roti, day cream dan sabun kecantikan yang dianalisis menggunakan ini dibagi menjadi dua tahap, tahap awal dilakukan ektraksi DNA dan tahap kedua dilakukan analisis RT-PCR. Didapatkan pada tahap awal ekstraksi DNA, hasil pengukuran dan kemurnian dengan nilai konsentrasi kapsul 2,9 ng/”I; kuas roti sebesar 3,4 ng/”I; day cream sebesar 2,4 ng/”I; dan sampel sabun kecantikan sebesar 2,2 ng/”I. Pada tahap kedua, secara keseluruhan dari ke empat produk yang dipilih secara acak sebagai objek penelitian produk kapsul terbebas dari kandungan babi, kecuali pada produk kuas roti sebesar 3,15%; day cream sebesar 3,52%; dan sabun kecantikan sebesar 124,83% positif tercemar kandungan babi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Real Time-Polymerase Chain Reaction RT-PCR sebagai Alat Deteksi DNA Babi dalam Beberapa Produk Non-Pangan Widayat1,5*, Tri Winarni Agustini2,5, Meiny Suzery3,5, Ahmad Niâmatullah Al-Baarri4,5, Sylvia Rahmi Putri5 dan Kurdianto6 1Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 2Departemen Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro 3Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro 4 Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro 5Pusat Kajian Halal UPT Laboratorium Terpadu, Universitas Diponegoro 6PT Sciencewerke Jl Palmerah Barat 25 Jakarta Barat DKI Jakarta Indonesia *Penulis Korespodensi widayat ABSTRAK Bagi seorang muslim status halal suatu produk non-pangan salah satunya kosmetik maupun obat-obatan sangat mutlak yang harus dipenuhi. Produk yang beredar dipasaran harus terbebas dari kandungan babi atau bahan lain yang menyebabkan produk tersebut tidak lagi halal. Metode Real Time Polymerase Chain Reaction RT-PCR yang dapat mendeteksi kandungan babi maupun alkohol untuk dapat memastikan kandungan tersebut terbebas dari cemaran babi. Dalam penelitian ini, telah dilakukan analisis kemungkinan adanya kandungan unsur babi dari ke empat produk non-pangan seperti kapsul, kuas roti, day cream dan sabun kecantikan yang dianalisis menggunakan RT-PCR. Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, tahap awal dilakukan ektraksi DNA dan tahap kedua dilakukan analisis RT-PCR. Didapatkan pada tahap awal ekstraksi DNA, hasil pengukuran dan kemurnian dengan nilai konsentrasi kapsul 2,9 ng/”I; kuas roti sebesar 3,4 ng/”I; day cream sebesar 2,4 ng/”I; dan sampel sabun kecantikan sebesar 2,2 ng/”I. Pada tahap kedua, secara keseluruhan dari ke empat produk yang dipilih secara acak sebagai objek penelitian produk kapsul terbebas dari kandungan babi, kecuali pada produk kuas roti sebesar 3,15%; day cream sebesar 3,52%; dan sabun kecantikan sebesar 124,83% positif tercemar kandungan babi. Kata Kunci RT-PCR, DNA babi, non-pangan, halal ABSTRACT Real Time-Polymerase Chain Reaction RT-PCR as a Tool for Detecting Pig DNA in Non-Food Products. For a Muslim, the halal status of a non-food product is one of the most complete cosmetics or medicines that must be offered. Products that discuss the market must be free from reserves of pork or other ingredients that make the product no longer halal. The Real Time Polymerase Chain Reaction RT-PCR method that can calculate pig or alcohol reserves to fill these reserves is free from pig contamination. In this study, an analysis of the content of no pork Real Time-Polymerase Chain Reaction RT-PCR sebagai ...... Widayat, dkk from non-food products such as capsules, bread brushes, day creams and beauty soaps was analyzed using RT-PCR. This research was divided into two stages, the initial stage was carried out with DNA and the second stage was carried out RT-PCR analysis. Obtained in the early stages of DNA extraction, measurement results and purity with a capsule measurement value of ng / ÎŒI; bread brush of ng / ÎŒI; day cream of ng / ÎŒI; and beauty soap samples of ng / ÎŒI. At the second time, all four randomly selected products as the object of research on products were free from pig reserves, except for bread brush products of day cream at and beauty soap amounting to positive contaminated with pork content. Keywords RT-PCR, pig DNA, non-food, halal PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas beragama muslim dengan jumlah populasi sebesar 209,1 juta jiwa atau setara 87,2 % dari total penduduk menurut The Pew Forum on Religion Public Life. Tingginya jumlah penduduk muslim di Indoensia berpengaruh pada gaya hidup halal yang menjadi landasan dalam pemilihan produk. Sehingga pemerintah menerbitkan peraturan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal UUJPH yang dapat melindungi dalam pemilihan produk hingga ke tangan konsumen. Status halal sudah menjadi isu global, tak terkecuali pada produk non-pangan seperti obat-obatan hingga kosmetika. Produk non-pangan bukanlah sesuatu hal yang baru, kosmetik telah dikenal sejak zaman dahulu dan merupakan kebutuhan sekunder, akan tetapi sudah menjadi kebutuhan pokok bagi setiap orang khususnya kaum wanita. Kosmetik merupakan produk yang berinteraksi langsung dengan tubuh melalui kulit, produk bisa saja mengandung zat yang bersifat najis dalam paradigma Islam, salah satunya bahan mentah yang terbuat dari unsur haram. Tidak hanya pada kosmetik, produk obat-obatan yang beredar dipasaran menurut data Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia LPPOM MUI menunjukkan bahwa saat ini obat yang telah beredar dan memiliki sertifikat halal berjumlah 30 ribu. Minimnya obat yang bersertifikasi halal menggambarkan bahwa kepedulian industri obat tidak mempedulikan persoalan halal-haram. Titik kritis haram yang harus diwaspadai terutama jika bahan dasar berasal dari babi atau bagian organ manusia, maka jenis produk tersebut dinyatakan haram. Berdasarkan QS; Al- Baqarah 173, penggunaan apapun berasal dari babi adalah haram. Fatwa MUI No. 2/MunasVI/MUI/2000, penggunaan produk yang mengandung atau berasal dari bagian organisme manusi hukumnya adalah haram, apabila berasal dari hewan yang bukan babi jika tidak sembelih secara Islam, maka dinyatakan haram. Dari faktor-faktor tersebut, peran analisis yang dapat menguji kandungan haram atau kontaminasi bahan diluar dari bahan aslinya sangat dibutuhkan. Upaya melakukan identifikasi telah dilakukan dengan berbagai metode, metode yang dianggap paling valid saat ini adalah metode PCR dengan berbagai variasinya. Polymerase Chain Reaction PCR merupakan salah satu teknik amplifikasi asam nukleat in vitro yang paling banyak dipelajari dan digunakan secara luas. PCR digunakan untuk menggandakan jumlah Real Time-Polymerase Chain Reaction RT-PCR sebagai ...... Widayat, dkk molekul DNA pada target tertentu dengan menganalisis molekul DNA baru yang berkomplemen dengan molekul DNA target melalui enzim dan oligonukleotida sebagai primer dalam suatu thermocycle. Panjang target DNA berkisar antara puluhan sampai ribuan nukleotida yang posisinya diapit sepasang primer. Primer yang berada sebelum daerah target disebut primer forward dan yang berada setelah daerah target disebut primer reverse. Enzim yang digunakan sebagai pencetak rangkaian molekul DNA yang baru dikenal disebut enzim polimerase. Proses PCR didahului dengan reverse transcriptase terhadap molekul mRNA sehingga diperoleh molekul complementary DNA cDNA. Molekul cDNA digunakan dalam proses PCR, pada tahap proses PCR digunakan sebagai pengamplifikasi RNA. Tahap ini dikenal sebagai proses RT-PCR. Salah satu jenis metode pendeteksi komponen babi dan turunannya bebrbasis DNA menggunakan RT-PCR, memiliki tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dibandingkan dengan metode lainnya. Pengujian menggunakan RT-PCR telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya, seperti penelitian Balia 2014 mengidentifikasi pemalsuan bakso dengan daging babi dengan metode RT-PCR, Cai dkk 2012 mendeteksi dan menghitung jumlah kandungan babi dan gelatin sapi pada campuran gelatin menggunakan metode RT-PCR, Hasan Ibrahem Abdullah Amqizal dkk 2017 mengidentifikasi DNA babi dalam gelatin yang mengandung makanan olahan, dan Patihul Husni dkk 2017 mendeteksi kandungan babi dan alkohol dalam eksipien farmasi dan produk obat. Metode menggunakan RT-PCR pada pangan telah banyak dilakukan pada penelitian sebelumnya, minimnya penelitian mengenai deteksi DNA babi selain produk pangan sehingga perlu dilakukan pengembangan analisis. Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, dilakukan untuk mengetahui kandungan DNA babi pada produk non-pangan khususnya kosmetik dan obat-obatan yang beredar dipasaran menggunakan metode Real Time-Polymerase Chain Reaction RT-PCR. METODE Penelitian dilakukan di Pusat Kajian Halal Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro, menggunakan sampel kosmetik yang beredar dipasaran dipilih secara acak, sampel terdiri dari kapsul, kuas roti, day cream, dan sabun kecantikan. Setiap perlakuan dilakukan 1 satu kali pengulangan menggunakan CFX96 Real-Time PCR system. Penelitian dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap awal dilakukan ekstraksi DNA dan tahap selanjutnya dilakukan analisis RT-PCR. Sebelum memasuki tahap awal dilakukan pre-running, sampel dilakukan pemotongan menjadi bagian terkecil, diekstraksi dengan menggunakan Progenus EasyFast Extraction for Pharmaceutical PRODUCTS I Cat. ExtrPharma1, dari hasil tersebut DNA dianalisis menggunakan NanoDrop 2000/2000c Spectrophotomerters hasil ekstraksi DNA dideteksi menggunakan Progenus EasyFast Pig/Suidae Detection & Quantification Kit, dan dianalisis menggunakan CFX96 Real-Time PCR System. Tahap awal ekstraksi DNA bertujuan untuk mendapatkan larutan DNA yang dapat digunakan sebagai analisis RT-PCR. Dimana sampel ditambah buffer dengan suhu 65oC selama 10 menit, ditambah precipitation buffer dalam es selama 5 menit, sentrifuge selama 2 menit dengan kecepatan rpm, ditambah bindding buffer lalu sentrifugasi selama 1 menit dengan kecepatan rpm, ditambah washing buffer 1 dengan kecepatan Real Time-Polymerase Chain Reaction RT-PCR sebagai ...... Widayat, dkk rpm, menghangatkan elution buffer pada suhu 65oC, inkubasi pada suhu 65oC dengan kecepatan rpm. Tahap kedua, setelah didapatkan larutan DNA selanjutnya dilakukan analisis RT-PCR menggunakan larutan MIX, DNAse free water kontrol negatif, larutan EPC larutan positif dengan suhu pada tahap inisial denaturasi dan denaturasi sebesar 95oC serta pada tahap annealing-ekstensi FAM&VIC dengan suhu sebesar 60oC dengan pengulangan sebanyak 40 siklus. Kalkulasi % DNA babi pada sempel bersifat semi kuantitatif dengan menggunakan nilai Ct cycle threshold dengan rumus sebagai berikut Dimana hasil running qPCR dinyatakan valid apabila nilai Ct pig pada kontrol negatif diatas 38 dan nilai Ct pig pada kontrol positif yaitu ±30. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis ekstraksi DNA Hasil ekstraksi DNA menggunakan Progenus EasyFast Extraction for Pharmaceutical Products I dapat dilihat pada tabel 1, berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi DNA pada keempat sampel didapatkan hasil ekstraksi DNA dengan nilai konsentrasi antara 2,2 â 3,4 ng/”I. Tabel 1. Hasil pengukuran konsentrasi dan kemurnian sampel DNA Hasil pengukuran kemurnian DNA berdasarkan pada rasio A260/280 berkisar antara 1,52-4,60 sedangkan ratio A260/230 berkisar antara 0,38-1,95. Standar nilai rasio A260/280 yang baik untuk DNA berkisar antara 1,8-2,0. Didapatkan sampel kapsul dan sabun kecantikan memiliki nilai kisaran di luar batas normal, hal ini dapat diakibatkan oleh terbawanya reagen seperti fenol, alkohol, dan kloroform pada saat ekstraksi ke dalam larutan DNA. Faktor lainnya disebabkan keberadaan protein, RNA, dan pengotor lainnya yang berasal dari sampel pada akhir larutan DNA yang dapat mempengaruhi kualitas kemurnian dari DNA. Nilai pengukuran rasio A260/230 berkisar antara 0,38-1,95; berdasarkan standar nilai rasio A260/230 berkisar antara 2,0-2,2. Berdasarkan hasil pengukuran nilai rasio, sampel yang berada di bawah standar terdapat pada ke empat sampel uji. Hal ini dapat diakibatkan terbawanya residu fenol pada saat ekstraksi atau residu guanidine pada membran kolom. Pada beberapa kasus, nilai rasio A260/230 di bawah standar tidak mempengaruhi terhadap analisis qPCR, sehingga sampel dapat digunakan untuk analisis lanjutan pada qPCR. Analisis Real-Time PCR Hasil amplifikasi qPCR dapat dilihat pada Tabel 2, dimana sampel dilakukan tanpa pengulangan disertai dengan kontrol positif dan kontrol negatif. Hasil menunjukkan bahwa sampel secara acak yang dijual dipasaran didapatkan kuas roti, Presentase DNA babi % = 2Ct vertebrate â Ct pig x 100 Real Time-Polymerase Chain Reaction RT-PCR sebagai ...... Widayat, dkk day cream dan sabun kecantikan yang di uji positif tercemar DNA babi, kecuali pada sampel kapsul tidak terdapat cemaran DNA babi. Tabel 2. Hasil sampel menggunakan EasyFast Pig/Suidae detection & quantification kit Keterangan FAM merupakan DNA babi VIC merupakan DNA Vetebrata Kontrol positif dan negatif menunjukkan hasil yang valid sesuai dengan rekomendasi kit, yaitu Cq FAM dan VIC ±30 untuk kontrol positif dan Cq FAM dan VIC>38 pada kontrol negatif. Berdasarkan hasil amplifikasi yang ditunjukkan pada tabel 2, sampel yang memiliki cemaran DNA babi terbesar pada sampel day cream dengan nilai Cq FAM sebesar 38,23. Sampel dengan hasil cemaran DNA babi terendah didapatkan pada kuas roti dengan nilai Cq FAM sebesar 34,60. Kurva amplifikasi pada sampel kuas roti, day cream, dan sabun kecantikan yang tercemar DNA babi dapat dilihat pada Gambar 1,2, dan 3. Gambar 1. Kurva kuas roti untuk target DNA babi dan vetebrata Real Time-Polymerase Chain Reaction RT-PCR sebagai ...... Widayat, dkk Gambar 2. Kurva day cream untuk target DNA babi dan vertebrata Gambar 3. Kurva sabun kecantikan untuk target DNA babi dan vertebrata Gambar 1, 2, dan 3 menunjukkan sampel kuas roti, day cream, dan sabun kecantikan pada target DNA babi FAM yang ditunjukkan pada grafik biru menunjukkan hasil yang baik dan terjadi peningkatan dari hasil kontrol, begitu sebaliknya pada target DNA vetebrata ditunjukkan pada grafik hijau. Berdasarkan hasil di atas menunjukkan bahwa data hasil pengujian pada nilai Ct Pig dan vetebrata pada kontrol negtif diatas 38 dan kontrol positif ±30. Sampel yang terdeteksi mengandung DNA babi memiliki kadar yang berbeda-beda, sehigga sampel dapat dihitung menggunakan rumus kalkulasi Real Time-Polymerase Chain Reaction RT-PCR sebagai ...... Widayat, dkk persentase DNA babi, didapatkan kandungan persentase yang dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Persentase DNA babi pada sampel uji yang positif tercemar *Catatan Nilai cut-off threshold FAM dan VIC yang digunakan adalah 150 RFU KESIMPULAN Real Time Polymerase Chain Reaction atau RT-PCR telah menjadi metode pengujian utama yang memiliki sensitivitas dan spesifitas yang tinggi, serta dapat mendeteksi sampel dalam jumlah yang banyak dan waktu yang singkat. Hasil tersebut dapat dilihat dari semua sampel yang diuji ekstrasi DNA babi didapatkan hasil konsentrasi berkisar antara 2,2-3,4 ng/”I. Dari hasil analisis RT-PCR dapat disimpulkan bahwa bahan baku yang dianalisis berupa kuas roti, day cream, dan sabun kecantikan mengandung bahan babi dengan persentase cemaran DNA babi sebesar 3,15-124,83%. DAFTAR PUSTAKA Katadata, 2016, Indonesia, Negara berpenduduk muslim terbesar dunia, Http// diakses pada tanggal 15 April 2019. Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal Lembaga Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 295 dan Tambahan Lembaga Republik Indonesia Nomor 5604. Susanto, E., Wardoyo, 2014, Pengaruh substitusi daging babi terhadap karakteristik asam lemak sosis, Jurnal Ternak, Vol. 5, No. 02. Husni, P., Putriana, Wicaksono, 2017, Metode Deteksi Kandungan Babi dan Alkohol dalam Eksipien Farmasi dan Produk Obat untuk Menjamin Kehalalan Sediaan Obat, Majalah Farmasetika, Vol. 2 No. 1. Keputusan Fatwa Musyawarah Nasional VI Majelis Ulama Indonesia Nomor 2/MUNAS VI/MUI/2000 Tentang Penggunaan Organ Tubuh, Ari-ari, Air Seni Manusia Bagi Kepentingan Obat-obatan dan kosmetika. 266-269. Yusuf, 2010, Polymerase Chain Reaction PCR, Saintek Vol. 5 No. 6. Hewajuli, NLPI, D., 2014, Perkembangan teknologi Reverse Transcriptase Chain Reaction dalam Mengidentifikasi Genom Avian Influenza dan Newcastle Diseases, Balai Besar Penelitian Veteriner. Fadhlurrahman, Wardani, Widyastuti, E., 2015, Deteksi gelatin babi pada soft candy menggunakan metode PCR-RFLP sebagai salah satu pembuktian kehalalan pangan. Jurnal Teknologi Pangan Vol. 16 No. 2, pp. 81-88. Balia, Suryaningsih, L., dan Putranto, 2014, Pengujian pemalsuan bakso dengan daging babi melalui pendekatan ensimatis dan molekuler pada UKM di kawasan pendidikan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Dharmakarya Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat, Vol. 3 No. 2, pp. 70-72. Real Time-Polymerase Chain Reaction RT-PCR sebagai ...... Widayat, dkk Cai, H., Gung, X., Scnalan, Ramatlapeng, dan Lively 2012, Real Time-PCR Assays for Detection and Quantitation of Porcine and Bovine DNA in Gelatin Mixtures in Gelatin Capsule. Journal of food composition an analysis, 25 83-87. Amqizal, Al-Kahtani, Ismail Hayat, K., dan Jaswir, I., 2017, Identification and verification of porcine DNA in comercial gelatin and gelatin containing processed foods, Elsevier Food control Vol 78 297-303. ... Cp adalah fraksi jumlah siklus dimana tingkat amplifikasi yang tercermin dari adanya flouresensi mencapai threshold ambang. Tingkat ambang flouresensi diatur pada posisi yang sama untuk semua reaksi yang sedang diamati [12]. Pada tabel menunujukkan bahwa nilai CT pada semua sampel Suplemen yang ada diambil dari Instalasi Farmasi RS Krakatau Medika mendekati nilai CT kontrol negatif 28,89 dan sangat jauh dengan nilai kontrol positif 16,42. ...... Kelebihan dari metode ini diantaranya adalah dapat digunakan untuk melacak kandungan DNA babi pada suatu pruduk makanan maupun obat-obatan yang belum layak memiliki kategori halal. Hal tersebut sejalan dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widayat DKK; 2009 yang menyatakan bahwa terdapat persentase cemaran DNA babi sebesar 3,15-124,83 % pada produk makanan yang dideteksi dengan metode Real time PCR [12]. ...Firman RezaldiAlfi HardianHadi SusiloSumarlin USIndonesia is a country where the majority of the population is seasonal, so the halalness of a product is very important. Supplements are one of the products that are widely circulated in Indonesia, so they must provide halal guarantees for these products as evidenced by the existence of a halal label. In its circulation, supplements are still found without a halal label, so an authentication is needed to prove the halalness of the product. This study was conducted to prove the halalness of supplement products without halal labels by taking five samples randomly from the Pharmacy Installation of Krakatau Medika Hospital which were analyzed by the Real Time PCR method. The DNA of the five supplement samples was isolated using a Commercial Kit and the isolated DNA was amplified by Real Time PCR for 30 cycles. From the results of the Real Time PCR analysis, it was found that no pork DNA contaminants were found in the five supplement samples analyzed Keywords Supplement, Realtime PCR, Pig DNA, Halal... After the isolation, it was continued with DNA-based detection using the PCR Polymerase Chain Reaction method. It is necessary to carry out DNA-based detection with PCR Polymerase Chain Reaction to double the number of DNA molecules on specific targets by analyzing new DNA molecules complementary to target DNA molecules through enzymes and oligonucleotides primers in a thermocycler Widayat et al., 2019. One of the detection methods often used to test pig components and their derivatives in a product is a DNA-based detection method, namely the PCR Polymerase Chain Reaction method Adzakiyyi et al., 2020. ...... Measurements with the NanoDrop Spectrophotometer using different extraction methods resulted in different DNA purity and some even did not produce DNA purity. Studies Aviani et al., 2017;Munir et al., 2021;Widayat et al., 2019;Zabidi et al., 2020, resulted in DNA purity values. While in the study Ishak & Mutalib, 2018;Kim et al., 2018;S Abd-Gani et al., 2019, there was no DNA purity value. ...Collagen is one of the components used for cosmetics. Functionally, collagen is derived from pig fat, which functions as a skin conditioning agent Emollient, emulsion stabilizer Emulsifier, and as ingredient to increase the viscosity of cosmetic preparations. The method that can detect pig content is the PCR method, which can confirm the presence of DNA content in pigs. In this study, an analysis of cosmetic products containing porcine DNA was carried out using the PCR method. This research was divided into two stages the initial stage was DNA extraction, and the second stage was PCR analysis. This research is a study through literature study using the narrative review technique. This study aimed to collect information and examine the analysis method of identifying pig DNA contained in cosmetics to obtain the right and accurate way through a literature approach. From the literature study results, it can be concluded that the best extraction method for the isolation of porcine DNA in cosmetic preparations is the extraction method with the Boom Method, while the DNA analysis used to identify porcine DNA in cosmetics is RT-PCR Real-time Polymerase Chain Reaction. Conventional PCR is because both methods have their respective advantages. The RT-PCR Real-time Polymerase Chain Reaction method can amplify and quantify the number of target DNA molecules. The Conventional PCR Method can form DNA bands based on the amplification value.... Real-time PCR qPCR as a DNA-based detection has been widely used to detect porcine. This method is able to detect at the level of the raw material to the end product Rachmawati et al., 2018;Raharjo et al., 2019;Widayat et al., 2019. The advantage of this method is high level of accuracy and sensitivity to detect and quantify target in samples. ...... J. Kim & Kim, 2019;Y. S. Kim et al., 2018;Mohamad et al., 2018;Mustaqimah et al., 2021;Septiani, 2021;Sudjadi et al., 2016;Tan et al., 2020;Tanabe et al., 2007;Widayat et al., 2019. Currently, primer Cytochrome oxidase I co1 and Cytochrome B cyb gene located in mtDNA region is popular for porcine-specific detection. ...Abstract Actin genes are genes that are common in organisms, and their expression is constitutive. These genes are used for gene normalization and internal control of DNA extraction, but the actin gene is not widely used for halal certification tests. Bioinformatic studies help to analyze the experiment through in silico more deeply before the experiment is carried out in laboratory, making it more efficient and time effective. uMelt is an analysis to predict the melting curve of target amplification in real-time PCR. Real-time PCR has been widely used for screening and detection of pork content in a product. This research aimed to explore actin gene as a candidate for testing pork using qPCR. The study was carried out in two main stages, namely alignment of the DNA sequence and analysis of the melting curve using the uMelt approach. The results showed a set of actin genes containing conserved regions that can be used as degenerate primers with different family-type coverages. Melting curve prediction with uMelt shows differences in tm peaks so as the types of samples can be easily identified. The use of bioinformatic applications such as uMelt helps in the simulation of predicting the melting curve to increase the precision of the analysis.... Probe mempunyai kelebihan seperti multiplek target dalam satu sumur, konsumsi waktu yang cepat, dan sensitivitas tinggi Kim & Kim, 2019. Probe qPCR telah berhasil digunakan untuk mendeteksi cemaran DNA babi di produk pangan, seperti roti, bakso, dan permen, serta produk nonpangan, seperti kuas roti, pelembap, sabun, kosmetik, dan kapsul Kim & Kim, 2019;Kim et al., 2018;Mohamad et al., 2018;Mustaqimah et al., 2021;Septiani, 2021;Sudjadi et al., 2016;Tan et al., 2020;Tanabe et al., 2007;Widayat et al., 2019. ...Abstrak Metode pengujian cemaran babi menjadi faktor penting dalam sertifikasi produk halal. Metode yang cepat dan robust diperlukan untuk deteksi dan kuantifikasi cemaran babi. Metode Real-time PCR atau dikenal dengan istilah quantitative PCR qPCR merupakan metode alternatif untuk deteksi dan kuantifikasi cemaran babi berdasarkan residu keberadaan DNAnya pada sampel olahan pangan. Metode ekstraksi DNA dan kit amplifikasi yang tahan terhadap inhibitor menjadi kunci keberhasilan penggunaan qPCR untuk pendeteksian dan kuantifikasi cemaran babi. Pendeteksian cemaran DNA dengan probe qPCR digunakan karena mempunyai kelebihan tahan terhadap inhibitor, cepat, spesifik, dan multipel target. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan menguantifikasi cemaran DNA babi menggunakan metode ekstraksi DNA secara cepat dan qPCR. Tahapan penelitian ini adalah ekstraksi DNA, amplifikasi, deteksi, dan kuantifikasi DNA babi. Sampel berasal dari produk olahan pangan, seperti bakso, sosis, daging burger, siomay, kuah daging, dan daging isi roti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat cemaran babi pada sampel bakso, daging burger, dan kuah bakso. Hasil yang didapatkan menunjukkan bakso memiliki persentase kontaminasi sejumlah 25%, sedangkan kuah daging sejumlah 12,5%. Hasil penelitian ini dapat direkomendasikan untuk laboratorium penguji makanan sebagai metode deteksi cemaran babi dalam produk pangan secara cepat dan akurat. Abstract Pork contamination testing method is an important factor in halal product certification. A fast and robust method is needed for the detection and quantification of pig contamination. Real-time PCR method or commonly known as quantitative PCR qPCR is an alternative method for the detection and quantification of pork contamination based on the pig's DNA residual presence in processed food samples. DNA extraction method and inhibitor-resistant amplification kit are the keys of successful qPCR implementation for the detection and quantification of pig contamination. Detection of DNA contamination with qPCR probe is used because it has some advantages, such as resistant to inhibitors, fast, specific, and multiple targets. This research aimed to detect and quantify pig's DNA contamination using rapid DNA extraction method and qPCR. The stages of this research were pig's DNA extraction, amplification, detection, and quantification. The samples taken from processed food products, such as meatballs, sausage, burgers' meat, dumplings, meat broth, and meat filled in the bread. The results showed that there was pork contamination in the samples of meatballs, burgers' meat, and meat broth. The results showed that the meatballs had a contamination percentage of 25%, while the meat broth had a contamination percentage of The results of this study can be a recommendation for food testing laboratories as a method of detecting the pork contamination in food products quickly and accurately.... Berdasarkan hasil penelitian dan analisis, diperoleh bahwa Larik sensor yang dikembangkan mampu membedakan secara tegas kelompok sampel parfum yang tidak mengandung alkohol dengan kelompok yang mengandung alkohol. Penelitian ini memanfaatan teknologi berupa sensor untuk mendeteksi keberadaan kandungan alkohol pada suatu benda, sehingga dimungkinkan pula pengembangan suatu alat untuk mendeteksi najis serupa dengan alkohol yang terdapat pada suatu benda yang digunakan, tempat ibadah dan alat ibadah Handoyo, 2017 Widayat et al., 2019. ...Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan najis mutawassithoh dan mukhoffafah sebagai suatu studi awal pengembangan inovasi berupa desain alat deteksi najis yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi keberadaan najis yang melekat pada tubuh, pakaian, tempat/alat ibadah. Metode penelitian yang digunakan adalah metode framing dan studi literatur. Penelitian ini dimulai dari kegiatan penetapan sampel. Total sampel ditentukan yakni air seni bayi laki-laki yang belum diberi makan apa-apa selain ASI dan air seni orang dewasa. Selanjutnya data akan dianalisis melalui reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada urine kategori mutawassithoh dan mukhoffafah dari segi koefisien serapan liniernya, kandungan amonia dan persentase bakteri. Mendeteksi najis dapat menggunakan sensor fisika dan sensor kimia. Sensor fisika mendeteksi suatu besaran berdasarkan hukum-hukum fisika, yaitu seperti sensor cahaya, suara, gaya, kecepatan, percepatan, maupun sensor suhu. Sensor kimia mendeteksi jumlah zat kimia dengan jalan mengubah besaran kimia menjadi besaran listrik yang melibatkan beberapa reaksi kimia, seperti misalnya pada sensor pH, sensor oksigen, sensor ledakan, serta sensor FAHRIZA HARVIANTONI WAYAN SRI SUTARII WAYAN DANA ATMAJAIdentification of Fungi in Kitchen Waste Liquid Organic Fertilizer LOF in Sanur Kauh Village. Decomposed kitchen waste contains certain microorganisms, one of which is fungus. Fungi are one of the microorganisms that are widespread in soil and water and have the potential in the process of decomposition of organic matter. The research objective was to determine the composition of kitchen waste and obtain fungi species from LOF of kitchen waste in Sanur Kauh Village. The research was conducted from September to December 2020. Sampling was conducted in Sanur Kauh Village, South Denpasar District. Furthermore, LOF making and analysis was carried out at the Laboratory of Soil and Environmental Sciences, Faculty of Agriculture, Udayana University and at the Indonesian Genetika Science Laboratory, Tangerang. The method used is a descriptive analysis experiment, which consists of field exploration, laboratory analysis and molecular identification. The results showed that the most dominant percentage of LOF from kitchen waste composition was fruit at followed by vegetables at rice at egg shells, bones and meat at and the remaining side dishes of The results of molecular identification of fungal species on LOF fermentation of kitchen waste isolates LDA 2 and LDB 2 were similar to Pichia kudriavzevii strain CBS5174 chromosome 2 and Pichia kudriavzevii culture CBS 5147 produk seperti obat, makanan, dan kosmetika khususnya kolagen dapat berpotensi mengandung turunan babi sehingga diperlukan adanya analisis kehalalan. . Polymerase Chain Reaction PCR merupakan metode yang dapat digunakan untuk melakukan analisis sampel secara molekuler. Tujuan dari penelitian ini adalah mendesain kandidat primer dari gen 12S rRNA babi secara in silico. . Metode yang digunakan adalah penelusuran data gen 12S rRNA melalui situs National Center for Biotechnology Information NCBI, kemudian sekuen gen 12S rRNA dianalisis menggunakan server web Integrated DNA Technologies IDT dan untuk dilakukan pemilihan kandidat primer terbaik. Kandidat primer terpilih kemudian diidentifikasi menggunakan server web SnapGene Viewer untuk mengamati kemampuan penempelan kandidat primer pada sekuen target. Pada tahap terakhir dilakukan evaluasi kandidat primer menggunakan server web OligoAnalyzerâą Tool agar diperoleh pasangan kandidat primer terbaik yang memenuhi kriteria primer yang baik. Kandidat primer yang terbaik adalah primer forward rRNA-5 5â GTACTACTCGCAACTGCCTAAA 3â dan primer reverse rRNA-6 5âGCAAGGGTTGGTAAGGTCTATC 3â karena memenuhi persyaratan primer ideal. . Dengan demikian, kandidat primer tersebut dapat digunakan untuk karakterisasi sampel secara in vitro menggunakan teknik WİYAHAgy PRANATA Hubban NasutionIsmail HUTASOİTObjectives This study aimed to identify porcine DNA in prosthodontic materials using Real-Time PCR. Materials and methods Eighteen prosthodontic materials three irreversible hydrocolloids, three elastomers, three denture adhesives, three soft denture linings, three temporary crowns, and three denture bases materials were used as the samples. It was conducted in two stages. First, extraction of dental materialâs DNA and the second was Real-Time PCR analysis based on amplification curve and Ct score in yellow and green channel. Results The sample analysis based on green channel demonstrated that all materials did not contain porcine DNA, however, 11 of 18 samples DA-01, DA-02, DA-03, SDL-02, DB-01, DB-02, TC-03, IH-02, EM-01, EM-02, and EM-03 contained vertebrate DNA. Conclusions All prosthodontic materials tested were not containing porcine. The halal statues of the materials were still seorang muslim, status halal suatu produk obat dan eksipien yang digunakan adalah hal mutlak harus dipenuhi. Produk obat halal tersebut harus bebas dari kandungan babi dan alkohol baik dari bahan dasarnya maupun proses pembuatannya. Pentingnya metode untuk mendeteksi kandungan babi dan alkohol untuk memastikan suatu produk obat bebas dari kandungan babi dan alkohol menjadi latar belakang review artikel ini. Metode review artikel ini adalah mengumpulkan literatur yang berkaitan dengan metode deteksi kandungan babi dan alkohol/etanol dan membuat ringkasan dari literatur-literatur tersebut. Hasil review menunjukkan bahwa metode deteksi yang dapat digunakan yaitu metode analisis PDK Pork Detection Kit untuk mendeteksi protein babi, metode PCR Polymerase Chain Reaction untuk mendeteksi DNA babi dan metode GC Gas Chromatography atau HPLC High Performance Liquid Chromatography untuk mendeteksi residu alkohol/ Kunci Halal, Babi, Alkohol, Eksipien Farmasi, Produk ObatGelatin, derived from bovine and porcine sources, has been used in many foods and pharmaceutical products. To ensure the compliance of food products with halal regulations, the reliable analytical methods are very much required. In this study, polymerase chain reaction PCR assay using species-specific primers was performed to evaluate the halal authenticity of commercial pure gelatin and gelatin-containing processed food products. Based on the specificity and cross-reactivity results of the seven species-specific primers by conventional PCR, the porcine species primer No. 2 was selected and it was able to detect species DNA in 12 out of 36 processed foods. The cloning, sequencing, and blasting at NCBI confirmed the presence of pork DNA in 5 out of 12 porcine DNA positive food samples. The maximum identity homology with pork sequence available in NCBI Gene Bank for the five samples ranged from 87% to 97% and the Query Cover ranged from 94% to 100%. The real-time PCR assay detected more positive samples 27 positive amplifications compared to 12 positive samples with conventional PCR using porcine specific primer No. 2. PCR using species specific primers is a very useful and effective technique for halal authenticity of gelatin and gelatin-containing food products. Hui CaiXuelin GuMary S. ScanlanChris R. LivelyDetection and quantitation of material from porcine and bovine species in gelatin and gelatin capsules is required for health safety concerns and for some religious practices. In this study, two species-specific qPCR assays were developed based upon repetitive elements. They allowed sensitive detection of porcine and bovine DNA at as low as 1 pg/mL. The lack of cross-reactivity when the sets were used to amplify DNA from the other species indicates high specificity of the assay. When binary gelatin blends containing various amounts of porcine and bovine gelatin were prepared and analyzed by the qPCR assays, the determined ratios of porcine material to bovine material were very close to their theoretical values, and a contamination level as low as 1% of the other species in the gelatin blends could be determined. When evaluated in gelatin capsules, although significantly less DNA was detected, determination of porcine and bovine species identities and estimation of the relative abundance of each species was possible. Therefore, the porcine and bovine species-specific qPCR assays described here represent simple, reliable and sensitive DNA-based tests for determination and quantitation of the species of origin from highly processed Two species-specific qPCR assays were developed based upon repetitive elements of the porcine and bovine genomes. âș The assays allowed sensitive detection of porcine and bovine DNA at levels as low as 1 pg/mL. âș Species determination and quantitation were evaluated using binary gelatin blends that contain various amounts of porcine and bovine gelatin. âș Species determination and quantitation were further evaluated in gelatin substitusi daging babi terhadap karakteristik asam lemak sosisE SusantoWardoyoSusanto, E., Wardoyo, 2014, Pengaruh substitusi daging babi terhadap karakteristik asam lemak sosis, Jurnal Ternak, Vol. 5, No. teknologi Reverse Transcriptase Chain Reaction dalam Mengidentifikasi Genom Avian Influenza dan Newcastle Diseases, Balai Besar Penelitian VeterinerD A HewajuliD NlpiHewajuli, NLPI, D., 2014, Perkembangan teknologi Reverse Transcriptase Chain Reaction dalam Mengidentifikasi Genom Avian Influenza dan Newcastle Diseases, Balai Besar Penelitian gelatin babi pada soft candy menggunakan metode PCR-RFLP sebagai salah satu pembuktian kehalalan panganWardani FadhlurrahmanA K WidyastutiFadhlurrahman, Wardani, Widyastuti, E., 2015, Deteksi gelatin babi pada soft candy menggunakan metode PCR-RFLP sebagai salah satu pembuktian kehalalan pangan. Jurnal Teknologi Pangan Vol. 16 No. 2, pp. pemalsuan bakso dengan daging babi melalui pendekatan ensimatis dan molekuler pada UKM di kawasan pendidikan Jatinangor Kabupaten SumedangR L BaliaL SuryaningsihW S Dan PutrantoBalia, Suryaningsih, L., dan Putranto, 2014, Pengujian pemalsuan bakso dengan daging babi melalui pendekatan ensimatis dan molekuler pada UKM di kawasan pendidikan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Dharmakarya Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat, Vol. 3 No. 2, pp. 70-72.
proses pengujian produk makanan